TOK-TOK-TOK
monolog
Putu Wijaya
SEEKOR ANAK AYAM MENGINTAI DUNIA DARI BALIK TELUR INDUKNYA. IA MELIHAT ANCAMAN, KEGARANGAN, KEGANASAN, PERANG, TEROR, BENCANA ALAM, EPIDEMI DAN SEBAGAINYA DI DUNIA, SEHINGGA IA MEMUTUSKAN UNTUK MENOLAK LAHIR. LALU IA CEPAT-CEPAT TIDUR KETIKA MENDENGAR INDUKNYA MENGETUK PINTU
TOK TOK TOK
Bangun, bangun anakku, sudah waktunya kau menatap dunia. Bersiaplah mengarungi kehidupan. Menjalani takdirmu sebagai ayam. Keluarlah, tunjukkan padaku kau seorang anak yang baik, cerdas dan memiliki pikiran yang jernih. Ayo sempurnakan karunia hidup ini dengan jiwa yang tulus. Keluarlah! Dunia sudah menanti!
ANAK AYAM ITU MASUK KE DALAM SELIMUT. GEDORAN BERTAMBAH SERU.
Bangun! Bangun! Jangan malas! Jangan biarkan matahari meninggalkan kamu di belakang. Kalau tidak cepat keluar, malam akan datang, kamu bisa tersesat dalam gelap. Kenali, pelajari, renungi masa depanmu sebelum terlambat. Bangun! Lihat saudara-saudaramu yang lain sudah berlari-lari di halaman mencari cacing.
ANAK AYAM ITU TERBANGUN. IA MENGINTAI KELUAR. SAMAR-SAMAR IA MELIHAT KEJADIAN-KEJADIAN YANG SAMA MASIH BERULANG.
Keluar sekarang? Kenapa? Apa semua ayam harus lahir. Keluar dari telur yang sudah melindungiku selama ini dari segala ancaman? Tidak aku lebih senang di sini, meskipun sendirian, di sini rasanya aman. Tidak ada yang bisa menjamahku.
Lihat, di situ ada anjing, kucing, burung elang yang siap menyambar kalau aku keluar sekarang. Lihat di sana juga ada anak-anak nakal. Mereka akan menginjakku. Aku tidak mau dijadikan mainan. Aku tidak perlu teman, karena aku tidak mau berkelahi. Kalau ada orang lain, berarti aku harus berbagi. Aku tidak mau berbagi, aku tidak suka bergaul. Biarkan aku sendirian di sini.
Aku tidak perlu hiburan. Untuk apa ke Dufan atau Disney Land, Taman Impian Jaya Ancol atau Kebun Binatang itu buang-buang duit. Aku tidak suka bersenang-senang. Aku lebih suka membaca. Tidak perlu mengalami bahaya seperti orang lain, kalau sudah bisa belajar dari bacaan. Lagipula di sini banyak pekerjaan. Bangun tidur aku harus bersihkan rumah, menyiram kebun dan membantu ibu di dapur. Kan rumah yang bersih tanda hati kita juga putih.
TOK TOK TOK
Tidak. Aku tidak mau lahir. Di sini aku sudah betah.
TOK TOK TOK
Untuk apa buang-buang waktu jalan-jalan. Dari sini juga dunia sudah kelihatan. Aku melihat sinar matahari, kerlip bintang dan kelap-kelip lampu jalanan. Aku lihat kendaraan berseliweran. Mobil-mobil larinya kencang dan semuanya pernah menabrak ayam tanpa pernah dihukum. Untuk apa lagi lahir?
TOK TOK TOK
Aku lihat ayam-ayam dimasukkan ke dalam kerangkeng dibawa naik truk. Lalu masuk ke dalam pabrik. Keluar-keluar semuanya sudah mati, bulu-bulunya gundul semua dicabuti. Digantung dijual di pinggir jalan. Daging ayam dipestakan di restoran. Aku tidak mau dimakan, meskipun yang makan itu anak pejabat atau cucunya konglomerat.
TOK TO TOK
Aku lebih suka tidur. Kalau tidur aku bisa terbang ke langit. Dalam mimpi aku bisa mengembara ke jagatraya. Melihat galaksi dan bima sakti. Berhenti di mana saja aku suka. Kalau keluar dari sini, aku pasti akan celaka.
TOK TOK TOK
Tidak!
ANAK AYAM ITU KEMBALI MELONCAT MASUK KE DALAM SELIMUTNYA. IA BERHARAP SUARA KETOKAN ITU AKAN KEDENGARAN LAGI. TETAPI TERNYATA TIDAK. IA MENUNGGU SEBENTAR, TAPI TIDAK ADA SUARA. IAMENGITIP DARI BALIK SELIMUT DAN MEMASANG KUPINGNYA, TAPI TAK ADA TANDA-TANDA KETUKAN. AKHIRNYA IA BANGUN DAN MENGINTIP.
Lho kok sepi. Tidak ada orang di luar sana. Apa mereka semua sudah pergi? Pergi ke mana? Masak aku ditinggalkan sendiri di sini. Apa salahku? Kenapa yang lain dibawa aku tidak. Apa aku tidak disayang? Kenapa aku tidak disayang? Karena aku jelek? Tapi aku ayam sehat yang cantik. Dagingku sehat dan segar. Manis lagi. Kalau dipanggang sekarang pasti maknyus.
Ibu! Ibu! Ibuuuuuu!
TAK ADA JAWABAN
Ibuuuuuu! Jangan tinggalkan aku di sini! Apa salahnya aku tidur! Apa salahnya aku tidak mau lahir? Apa salahnya aku tidak mau menderita? Apa salahnya aku benci pada kekerasan. !Aku benci kepada kemalasan! Aku benci pada kedengkian! Aku benci pada kemalasan! Aku benci kepada orang yang kerjanya hanya tidur melulu. Aku benci pada diriku sendiri!
MEMUKUL-MUKUL DAN TIBA-TIBA TELUR ITU PECAH. IA LAHIR.
Lho ini di mana? Kok enak. Udaranya segar. Tidak seperti waktu aku di dalam sana? Ternyata dunia indah ya! Wah, waduh apa itu? Aku mencium bau harum. Ada yang goreng ikan asin di situ. Lihat langit biru sekali. Burung-burung, capung, angin menggoyangkan pucuk-pucuk lalang. Ada bunga-bunga jambu berguguran. Ada anak-anak ayam seperti aku berlari-larian. Menari-nari, mereka melambaiku. Mereka mengajak aku main.
Namaku Cinta!
Tapi aku tidak bisa menari. Menyanyi juga suara jelek. Tidak, aku tidak malu. Aku memang tidak bisa. Aku hanya bisa membaca puisi. Karena aku selalu baca buku. Puisi yang paling aku sukai adalah puisi tentang bunga:
Kupetik bunga dari dalam hatiku
Kupersembahkan kepadamu Ibu
Bermula aku takut lahir karena dunia
Nampak hanya diisi oleh bencana
Tapi kini menatap dan memegang
Langit biru hamparan padang hijau
Aku tahu semua itu hanya ilusi
Dunia masih menyisakan keramahan
Bagi dia yang tak malas mencari
Dunia ini harus diperbaiki
Bagi dia yang sudah melihat bahayanya
TOK TOK TOK
Ayo bangun, bangun, bangun
IA BERUBAH MENJADI INDUK AYAM YANG MEMANGGIL ANAKNYA SUPAYA JANGAN RAGU-RAGU LAHIR MEMASUKI KEHIDUPAN.
Bangun, bangun anakku, sudah waktunya kau menatap dunia. Bersiaplah mengarungi kehidupan. Menjalani takdirmu sebagai ayam. Keluarlah, tunjukkan padaku kau seorang anak yang baik, cerdas dan memiliki pikiran yang jernih. Ayo sempurnakan karunia hidup ini dengan jiwa yang tulus. Keluarlah! Dunia sudah menanti
TOK TOK TOK
Bangun! Bangun! Jangan malas! Jangan biarkan matahari meninggalkan kamu di belakang. Kalau tidak cepat keluar, malam akan datang, kamu bisa tersesat dalam gelap. Kenali, pelajari, renungi masa depanmu sebelum terlambat. Bangun! Lihat saudara-saudaramu yang lain sudah berlari-lari di halaman mencari rahasia-rahasia kehidupan
TOK TOK TOK
BERJALAN MENGETUK-NGETUK PINTU TELUR-TELUR YANG SEHARUSNYA SUDAH MENETAS
Bangun! Bangun! Bangun!
Jakarta 11 April 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar