Peradilan Rakyat2

PERADILAN RAKYAT

monolog

Putu Wijaya


ADEGAN SATU


PENGACARA MUDA YANG GAGAH DAN PARLENTE ITU MENDEKATI BAPAKNYA, PENGACARA SENIOR, YANG TERBARING SEKARAT.

Selamat malam.

MEMBERI ISYARAT SUPAYA ZUSTER YANG MENUNGGUI BAPAKNYA PERGI. KEMUDIAN DIA MENDEKATI TEMPAT TIDUR.

Aku datang bukan sebagai putramu. Aku datang ke mari sebagai seorang
pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini
Aku tidak tahu apa yang dikatakan oleh para founding father itu, kalau mereka masih ada sekarang. Dulu tidak ada yang perlu diragukan. Sudah jelas siapa yang kita hadapi dam kita tahu betul apa yang kita mau. Tidak perlu ada pembahasan yang membuat kita masuk ke dalam lingkaran setan dan akhirnya puluhan tahun berjalan di tempat. Bahkan boleh dikatakan mundur. Di segala lini terjadi kemerosotan.
Sekarang jadi absurd. Kompleks.
Banyak hal memang mesti berbeda dan akan terus berbeda, karena kodratnya memang begitu. Mustahil untuk dipertemukan. Kita mesti menerima kenyataan. Tapi kita juga tidak bisa menghentikan kebiasaan bermimpi, sebab itu juga bagian dari kenyataan. Bahkan yang paling nyata dari semua kenyataan adalah mimpi, karena itu yang lebih banyak kita lakukan. Satu orang bermimpi tentang persatuan membuat dia menjadi pahlawan dalam sejarah. Tapi kalau satu bangsa? Kalau satu satu bangsa semuanya mimpi, kita akan masuk lubang hitam terbelit kesulitan besar seperti sekarang.
Tapi apa boleh buat. Itulah kenyataan

DUDUK. TERMENUNG

Aku tidak ingin menentang apa-apa. Kenapa harus menentang? Tidak, aku tidak ikut bermimpi. Setidak-tidaknya aku menolak ditulari virus ganas itu. Aku menyimpan satu pertanyaan, yang kutanyakan setiap detik di dalam hidupku.
So what?

SENYUM.

Aku tidak datang sebagai putramu. Aku hanya partikel kecil dari sebuah mekanisme mesin raksasa. Maaf inu bukan promosi, tetapi fakta konktrit. Kenyataan berkata: akulah harapan itu sekarang. Kau fenomena 4 zaman yang selalu mengajarkan aku supaya menerima kenyataan, ini hasilnya, akulah ujung tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini.

TERSENYUM

Kita sudah menyelusuri Eropa. Membongkar apa yang sudah dikatakan oleh para filsuf Yunani dan kemudian Jerman, Prancis. Kita sudah menempelkan pikiran-pikiran Nietzche, Karl Marx, Machiavelli, Freud, Derida, Fucou dan lupa bahwa kita sebenarnya punya seorang pengacara muda yang ambissius tapi praktis dan memiliki impian yang benar-benar dibutuhkan oleh negerinya sekarang.

TERSENYUM.

Kau pasti mengerti apa maksudku. Siapa lagi yang harus memujiku kalau bukan aku sendiri yang paham betul apa yang sudah terjadi. Orang-orang itu terlalu sibuk main politik dan dikubur oleh ilmu pengetahuan yang dicurinya dari berbagai tempat sehingga lupa, cita-cita sebenarnya. Aku tidak. Aku satu-satunya yang terbangun dengan pikiran masih waras, otentik di awal badai yang akan menghancurkan ini. Aku tidak rela. Aku menolak kalau penderitaan ratusan tahun, pengorbanan yang dibayar dengan nyawa, darah dan air mata ini, akan habis begitu saja. Banyak hal memang berbeda dan akan terus berbeda, bahkan bertentangan, karena kodratnya memang begitu. Mustahil untuk dipertemukan. Kita mesti menerima kenyataan. Tapi kita juga tidak bisa menghentikan kebiasaan bermimpi, sebab itu juga bagian dari kenyataan. Bahkan mimpilah paling nyata dari semua kenyataan, karena itu yang lebih banyak kita lakukan. Apa boleh buat. Itulah kenyataan. Dunia ini sama sekali baru.
Kau pernah muda. Kau fenomena yang tidak bisa diragukan. Kaumesti mengerti maksudku. Ini bukan tindakan orang yang kurangajar untuk memberu publikasi. Ya mungkin juga kurangajar. Tetapi fakta-fakta yang terlalu kurangajar itu memang harus dibersihkan dengan cara yang kurangajar.

BERDIRI.

Mari kita pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegakan keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendekiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya.
Aku tidak terlalu jauh dari keadaanmu waktu masih muda. Sempat membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis oleh di sebuah kampus kelas satu di Amerika? Mereka menyebutku Singa Lapar.

TERTAWA KECIL

Aku memang tidak pernah berhenti lapar, rakus, kemaruk memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan menjadi budaya di negerin ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu.

MEROGOH SAKU MENGELUARKAN CERUTU DAN MAU MENYALAKAN , TAPI KEMUDIAN ZUSTER MASUK DAN MEMBERI ISYARAT TIDAK BOLEH MEROKOK. PENGACARA MUDA ITU MENGANGGUK

Ini hanya untuk dipegang. Pikiranku tidak bisa berkembang kalau aku tidak memegang sesuatu yang konkrit. Aku orang yang terlalu realistik. Tinggalkan dulu kami berdua, ini pribadi.

ZUSTER KELUAR.

Teriamakasih

DIA MENCIUM-CIUM CERUTU.

Sampai di mana tadi. Oke. Aku hanya mencoba mengangkat daguku, untuk memandang perjuangan keadilan yang kini seperti macan ompong itu, yang dengan sisa-sisa keperkasaannya bukannya berjuang tetapi malah menikmati. Menikmati kebangkrutannya. O, ini terlalu memalukan. Terlalu tidak masuk akal. Tapi inilah kenyataannhya. Kenyataan kita! Generasi tua loyo, generasi muda bodo. Rakyat berlomba-lomba menggali kuburannya sendiri.
Itulah akhir dari sejarah kita yang besar!
So what!

MEMBANTING CERUTU

Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda. Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dilawan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku hanya mencoba menunjukkan sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan. Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan juga terlalu tak pantas untuk memujimu. Anda sudah tidak memerlukan cercaan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri.

MENGAMBIL KEMBALI CERUTU

Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau. Berarti kita akan selalu bisa bicara sungguh-sungguh sebagai professional, Pemburu Keadilan, bukan keluarga dengan segala tetek-bengek dan pernik basa-basi yang menghabiskan waktu itu.

TIBA-TIBA MELEDAK

Kita seakarang sedang sekarat!

ZUSTER MASUK LAGI DAN MENGINGATKAN. DIA MEMBERI TANDA MENGERTI DAN MEMINTA ZUSTER PERGI.

Ini semua juga tidak lepas dari hasil gembelenganmu yang tidak kenal ampun!

TERTAWA

Aku harus memuji, aku tidak boleh lupa aku harus memberimu pujian! Seluruh prestasimu adalah monumen sejarah.Dan itu semua itu tidak ada yang bisa diperbaiki lagi. Kamu melakukannhya dengan sempurna. Tapi itu dulu. Dulu bukan sekarang.Sekarang, kalau itu dilakukan, akan jadi kesalahan fatal. Kita harus cari jalan lain! Perubahan total! Karena semua kebijakan masa lalu itu sekarang salah!
Maaf, ini fakta. Jangan tersinggung..
Tidak, aku tidak akan surut! Akan aku katakan apa yang harus aku katakana meskipun kamu tidak setuju atau kamu tidak mau aku mengatakannya. Aku tidak akan menjad sensor terhadap diriku sendiri. Aku tidak tertarik untguk bunuh diri! Aku tidak bisa lagi mundur! Tapi aku sama sekali bukan orang yang terjebak oleh diskripsi-diskripsi atau doktrin-doktrin beku. Seperti mata air di pegunungan aku hanya mengalir, gemericik, bersama suara alam. Di dalam hatiku selalu ada suara tajam yang terus-menerus kudengar.dalam tidur sekali pun: kau diperlukan oleh bangsamu!

PENGACARA ITU MENGELUARKAN SAPUTANGAN DAN MENGELAP TANGAN SERTA MUKANYA. LALU DUDUK DI SAMPING BAPAKNYA. SUARANYA LEBIH TENANG.

Aku datang ke mari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog. Aku bicara akan sebebas-bebasnya sekarang. Maaf,.begini. (MENARIK NAFAS PANJANG)
Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga korban pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiannya, bahwa pada akhirnya negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka. Tetapi aku tolak mentah-mentah. Kenapa?
Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.
Aku ingin mengatakan TIDAK kepada negara, karena pencarian keadilan, tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin dan beku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan.
Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan, dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan.
Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak sampai mati, walau pun sudah dibela oleh team pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya.
Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang. Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini.

BERHENTI SEBENTAR

Anda masih mendengarkan kan?
Tapi aku datang ke mari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang ke mari, karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat, supaya aku bersedia untuk membelanya.
Lalu?

PENGACARA ITU TERKEJUT

Bagaimana Anda tahu, aku menerimanya?

MANGGUT-MANGGUT

Sebab Anda kenal betul siapa aku!

KETAWA

Ya aku menerimanya! Sebab aku seorang profesional. Sebagai seorang pengacara professwional, aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela. Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengadilan menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya.

BERDIRI DAN BERJALAN MONDAR-MANDIR PERLAHAN-LAHAN, LALU BERHENTI

Jadi sebenarnya itu yang ingin aku tanyakan. Apakah keputusanku suah betul? Apakah keputusanku sudah betul? Itu, antara lain.Jangan dulu mempersoalkan kebenaran. Tapi bagaimana aku menunjukkan diriku sebagai professional. Aku men olak tawaran negara, sebab di balik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, karena di situ sudah ada tujuan-tujuan politik.
Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat, malah aku terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai professional aku tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar aku membelanya dari praktek-praktek pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang palingt tepat.
Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang! Asal aku tidak membelanya karena ketakutan. Tidak! Kenapa takut? Sama sekali tidak!
Bukan juga karena uang. Bukan! Aku tidak pernah bisa dibli! Bukan! Lalu karena apa? (TERSENYUM) Karena aku akan membelanya. Karena aku memutuskan akan membelanya. Supaya dia menang? Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan. Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai. Kalah-menang bukan masalah lagi. Upaya untuk mengejar itu yang paling penting. Demi memuliakan proses itulah, aku menerimanya sebagai klienku

MENATAP KEMBALI

Apa keputusanku salah? Seperti yang aku katakan tadi, salah atau benar juga tidak menjadi persoalan. Hanya ada kemungkinan kalau aku membelanya, aku akan berhasil keluar sebagai pemenang.
Aku tidak meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan. Tapi aku akan menang. Bagaimana bisa tahu aku akan menang?

SENYUM

Bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan apapun aku sudah bisa baca walau pun perkara belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan.

TERTAWA KECIL

Aku terlalu besar untuk kalah saat ini.

MENGHELA NAFAS PAN JANG

Itu bukan kesombongan tapi kesedihan. Jujur saja. Aku akan menang. Penjahat itu akan dibebaskan karena aku memenangkan perkaranya sebab negara tidak punya bukti kuat. Itu yang membuat aku sedih.Betul. O tidak. Sama sekali tidak! Sumpah!Q Akui membela dia bukan karena takut, bukan? Bukan! Kenapa mesti takut?! Tidak ada yang sudah mengancamku! Mengacam bagaimana? Mengancam dengan apa? Jumlah uang yang terlalu besar, memang sebuah ancaman. Tapi ini bukan soal memberikan angka-angka! Tidak! Hanya karena aku tidak bisa dibeli!

PENCACARA ITU TERKEJUT.

Tidak ada sama sekali pembicaraan soal pembayaran! Ini semua gratis! Inik profesional! Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang! Ini bukan bisnis Rumah Sakit. Tidak ada makelar-makelaran. Ini bukan mafia peradilan! Tidak ada yang menyogok, ini proses pengbadilan yang bersih! Dan aku akan menang! Aku pasti menang! Ah? Apa jadinya kalau penjahat itu sampai menang? Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan hukum! Kejahatan itu terlalu untuk dijadikan tempat bermain!

DIAM DAN NGOMEL SENDIRI PADA DIRINBYA TAK JELAS

Anhajmmakajuyetgalkamjakamnhamkjhj. Aku akan memenangkan perkara ini. Dan aku membelanya bukan karena takut, bukan karena disogok. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut. Aku menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau aku perlukan dalam kampanye. Bukan karena aku ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negara kita. Bukan. Bukan! Sumpah! Karena Negara tidak siap! Mereka tidak punya bukti yang kuat. Polisinya bego dan jaksa-jaksanya malas dan bodo! Terlalu bodo!!! (SAMBIL MENUTUP MUKANYA DENGAN SAPUTANGAN )

ZUSTER MASUK.

Oke aku sudah selesai. Tolong beri aku dua menit lagi. (EKMBALI KEPADA BAPAKNYA) Aku pulang dulu sekarang, supaya tidak terlambat besok menghadiri sidang. Aku sama sekali tidak bimbang lagi. Keputusanku untuk memberi pelajaran penting kepada pemerintah sudah final. Itu karena aku mencintai negeri ini. Supaya kesalahan seperti ini jangan lagi terjadi nanti!
Seperti yang selalu Anda bilang, penegakkan hukum selalu dirongrong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengejaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang professional.

ZUSTER MASUK LAGI.

Oke. Zuster sudah mengusirku. Tidak ada yang harus dibahas lagi. Sudah jelas. Aku pulang sekarang. Silakan meneruskan beristirahat, karena besok kalau semuanya suah menjadi sejarah, Anda ingin kamu bangun, tersenyum dan kita akan bicara lagi panjang lebar.
Selamat malam.

PENGACARA MUDA ITU MENGANGUK HORMAT, LALU BERBALIK DAN BERJALAN KELUAR DENGAN GAGAH.

LAMPU PERLAHAN-LAHAN PADAM. TERDENGAR SUARA RIBUT-RIBUT DAN KEMUDIAN BERAKHUIR DENGAN SUARA-SUARA TEMBAKAN.



ADEGAN DUA

LAMPU MENYALA. TAK ADA YANG BEFRUBAH. PENGACAR MUDA ITU MUNCUL KEMBALI. SUDAH SANGAT BERBEDA. DIA NAMPAK SANGAT SEDERHANA. PERLAHAN-LAHAN SEAKAN TAKUT MENGANGGU DIA MENDEKATI BAPAKNYA.

Selamat malam Ayah.


PENCARA MUDA ITU BERSIMPUH DI KAKI ORANGNYA DAN MENCIUM KAKINYA.

Maafkan, aku baru bisa datang sekarang.

MENARIK NAFAS PANJANG. MENGURUT KAKI BAPAKNYA.

Ya. Ya. Seperti yang pernah aku katakan kepada ayahanda, bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah. Peradilan ini terlalu tergesa-gesa. Aku telah memenangkan perkara itu dan itu berarti aku sudah membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini.

MENARIK NAFAS DALAM.

Begitu bebas dia langsung terbang lepas kembali seperti burung di udara. Dan dengan begitu harapanku semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Hukum tidak akan bisa tegak sendiri, karena hukum hanya instrumen mati. Manusianyalah yang hidup. Hukum baru hidup kalau manusianya hidup dan menegakkan hukum dengan semua persaratann tegaknya. Aparat tidak cukup hanya berani tapi harus lihai! Rakyat tidak cukup hanya mengepalkan tangan dan berkoar-koar. Jumlah banyak dan kuat saja bukan jaminan untuk memenangkan perkara. Harus cerdik, bahkan kalau perlul licik!

BERHENTI SEBENTAR.

Kekuasaan tidak bisa berlaku semena-mena sebab keadilan tertinggi ada di tangan hukum. Tanpa hukum, kita akan menjadi bangsa yang liar dan lalai.

MENARIK NAFAS PANJANG

Semua yang aku rencanakan sudah menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah aku mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara dengan seluruh keluarga dan harta bendanya yang berasal dari rakyat. Tidak mungkin dijamah lagi.

Rakyat pun ngamuk. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Dan aku, putramu satu-satunya ini diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat.

Tetapi bukan itu . Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah. Penyandang dana tunggalnya penjahat yang sudah kubebaskan itu.

PENGACARA MUDA ITU MENGHAPUS AIR MATANYA.

Harusnya aku mendengarkan apa yang dikatakan zuster itu. Kau minta yang datang putramu, buah hatimu, bukan seorang pengacara muda yang ambisius, pongah dan keblinger mengklaim dirinya realistis membela amanat penderitaan rakyat, tetapi sebenarnya tak lebih dari sel-sel subversive yang sudah ditumbuhkan dengan begitu cerdas, rinci dan sempurna di negeri ini oleh semua mereka yang tidak pernah menghendaki kita ada.

Dan itu bukan karena bukti-bukti yang dimiliki negara lemah. Itu bohong! Juga bukan karena aku jenius yang tidak terkalaghkan. Bohong besar! Itu semua karena keadilan dan kebenaran bisa ditawar! Hakim-hakim dan jaksanya semua bisa dibeli!

PENGACARA ITU MENANGIS MENCIUM KAKI BAPAKNYA. TETAPI KEMUDIAN DIA SEPERTI DIRASUKI OLEH JIWA BAPAKNYA. IA BERDIRI, LALU BICARA DENGAN SUARA YANG SAMA SEKALI BERBEDA.

Putraku, setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai professional, aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra. Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang professional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu. Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya? Kalau berhadapan dengan sebuah perkara, ketika seorang penjahat besar musuh rakyat dibebaskan, apa pun alasannya, itu akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini!


PENGACARA MUDA ITU MENANGIS.


Cirendeu 1-3-03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar