B I R O K R A T
monolog
Putu Wijaya
SEORANG BIROKRAT DENGAN PAKAIAN SERAGAM MEMBERIKAN CERAMAH
Ibu dan Bapak yang saya mulyakan. Pengaduan mengenai masalah ular yang berkepala dua itu, sudah saya pelajari sebaik-baiknya. Memang begitu, segala sesuatu yang ada di atas dunia ini selalu bersifat mendua. Positip dan negatip. Kalau ada hitam pasti ada putih. Bila ada atas pasti ada bawah. Ada luar, ada juga dalamnya. Kalau ada buruk, ada pula baiknya. Begitu pun sedih, pasti ada gembiranya. Dalam kearifan kearifan di seluruh wilayah kita sudah diajarkan menerima keduanya serentak, kalau hanya sebelah, akan terjadi ketimpangan.
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Jadi perbedaan adalah sebuah realita yang tidak perlu diterima sebagai bibit permusuhan. Perbedaan adalah karunia yang harus disyukuri sebagai dinamika. Yang membuat kita jadi lebih semarak dan kaya.
Karena itu saya tidak setuju kalau dikatakan sudah terjadi perseteruan antara pembangunan dan pelestarian. Maaf, menurut saya, itu keliru. Pembangunan pada hakekatnya upaya untuk melestarikan. Untuk membuat lebih harmonis, lebih langgeng dan lebih asri. Bukan sebaliknya. Kalau ada pembangunan yang tidak melestarikan maka itu namanya bukan pembangunan, tetapi pengrusakan. Pengrusakan yang berwajah pembangunan, bukan pembangunan, tetapi penghancuran. Pembangunan yang dilakukan dengan cara menghancurkan akhirnya akan lebur.
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Memang ada contoh, yang menunjukkan pembangunan itu seakan-akan pengrusakan. Misalnya kalau saya memperbaiki atap rumah yang materialnya ijuk atau jerami. Untuk mengganti atap yang sudah tua usianya itu, saya memang akan mencopoti semua atap yang sudah kedaluwarsa, sehingga rumah menjadi botak. Bahan-bahan yang sudah busuk karna hujan atau sudah digerogoti tikus itu tidak bisa dipakai lagi. Jadi dibuang. Tapi saya lakukan itu, sesudah saya memiliki atap pengganti yang baru yang lebih menjamin keamanan dan kenyamanan, hemat dan tahan lama karena dari beton. Maka kita bangun rumah-rumah susun.. Itu bukan merusak. Itu dinamika dan dialektika pembangunan
Tapi pembangunan gedung-gedung jangkung raksasa yang menyebabkan sudah tidak ada lagi kelestarian pada curah hujan, itu bukan pembangunan. Itu pengrusakan yang mengatasnamakan pembangunan. Jadi bukan pembangunannya yang salah, tetapi penyalahgunaan membangun. Usaha membangun untuk meningkatkan kelestarian, kenyamanan serta keasrian dengan perusakan semena-mena tidak boleh dikacaukan. Tidak ada pembangunan yang merusak dirinya dan diri-diri lain yang ada di sekitarnya. Kalau sampai terjadi pengrusakan, berarti pembangunan itu mutlak harus dihentikan.
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Pemerintah adalah penguasa yang sudah kita pilih bersama. Pemerintahlah yang akan menetapkan apakah pembangunan murni pembangunan, atau kejahatan yang berkedok pembangunan. Kalau hanya berkedok pembangunan, itu harus dilarang. Semua yang berkedok lebih baik dilarang. Artinya tidak boleh ada pembangunan palsu atau pembangunan jahat, karena pemerintah sudah mengawasi terus, siang dan malam. Kalau toh ada satu dua pembangunan yang jahat masih berlangsung, pasti pemerintah punya rencana lain. Siapa tahu memberi kesempatan agar pembangunan itu atas kemauan sendiri menghentikan dirinya. Atau, nah ini yang saya tidak suka. Mungkin pemerintah sudah dibungkam oleh pembangunan itu. Karena pembangunan sudah diukur oleh angka-angka, besarnya, banyaknya, tingginya!
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Kalau itu terjadi, berarti oknum-oknum pemerintah terlalu lemah, jadi tidak berdaya mempergunakan kuasanya. Oknum pemerintah tidak boleh lemah, kalau lemah nanti bisa jahat, karena bisa mengabaikan tugas mulianya untuk melindungin rakyat. Pemerintah tidak boleh melindungi pembangunan yang tidak benar. Pemerintah seperti ini, nanti pada waktunya akan runtuh. Di kehidupan yang lain, manusia pelakunya akan masuk ke neraka. Koruptor, manipulator, siapa saja yang menipu rakyat, semua kumpul di situ.
Kebenaran itu seperti mendua, tapi percayalah wajahnya hanya satu. Kalau sampai wajahnya dua, wajah yang kedua itu adalah bayang-bayang wajah orang yang menyelewengkannya. Tak heran kalau sekarang kebenaran itu wajahnya banyak. Bukan karena kebenarannya banyak, tapi karena setiap orang melihat dari sudut pandang yang lain. Jadi sebelum kita terlanjur bertengkar, kita harus mengerti bahwa sudut-sudut pandang itu kita perlukan, supaya kita bisa melihat kebenaran itu seutuh-utuhnya. Bukan hanya dari satu pihak.
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Kenapa saya perlu menyampaikan itu kepada Bapak-Bapak Dan Ibu serta Saudara-Saudara sekalian? Karena di satu pihak kebenaran itu berguna dan kemudian di seberangnya, kebenaran itu juga merusak, sebab manusia yang mempergunakannya punya kepentingan yang berbeda. Itulah sebabnya kita harus selalu bersilaturahmi, saling mengerti apa yang kita namakan dengan pembangunan.
Ada pembangunan yang bermuka manusia. Ada pembangunan yangv bermuka binatang. Ada pembangunan yang bermuka raksasa. Ada pembangunan yang bermuka setan. Tapi jangan salah, semua pembangunan itu kita butuhkan, sebagai kelengkapan agar bersinergi dan kemudian membuat pembangunan itu benar-benar membuat peradaban kita bangun. Tegak. Kencang. Mantap!
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Di sekolah, anak saya diajarkan, air itu berasal dari laut, menguap menjadi mendung, lalu mendung memberat di gunung dan jatuh sebagai hujan. Karena itulah kita memiliki sungai, danau serta mata air, sehingga subak, rumah tangga, serta binatang dan pohonan mendapatkan kehidupan. Tetapi sumber air tidak hanya itu. Air juga terpercik kepada kita manusia tanpa ada hujan. Jadi Bapak jangan takut kalau tidak ada hujan bumi akan panas karena kekurangan air. Sungai mungkin akan kering. Sumur juga kosong. Danau dan payau tanahnya pecah karena tak berair. Namun air masih akan terus mengalir. Terus mengalir.. Bahkan air itu adalah air yang sudah dibersihkan, sehingga bisa diminum langsung tanpa dimasak lagi, meskipun rada berbau kaporit. Air itu mengalir lewat pipi-pipa PAM.
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian..
KETAWA.
Ayo keplok tangan.
MENGAJAK SEMUA KEPLOK TANGAN.
Itu lelucon. Kalau tidak dibanyolkan sedikit seperti itu, nanti hidup jadi kurang garam, bisa membosankan. Saya setuju sepenuhnya hakekat pembangunan harus dijaga, jangan sampai pembangunan berbalik menjadi penghancuran
Saya akan bertindak untuk memprotes segala tindakan yang hanya semata-mata hanya mengacu kepada pembangunan yang diukur dengan angka. Karena betapa pun banyaknya uang yang didapatkan dari pariwisata, kalau untuk itu kemudian bertumpuk-tumpuk datang kerugian lain di bidang moral dan budaya, pembangunan itu tidak ada artinya.
Saya umpamakan dengan diri saya sendiri. Ketika saya belum memiliki kendaraan bermotor, saya senang sekali sudah punya sepeda. Kendaraan itu saya rawat sebaik-baiknya. Bergantian kami sekeluarga mempergunakannya. Meskipun sudah ada sepeda, tidak berarti saya menjadi benci berjalan kaki. Tidak, saya tetap berjalan kaki, selama masih bisa ditempuh dengan kaki. Saya hanya memakai sepeda kalau jaraknya terlalu jauh, apalagi kalau saya membawa barang-barang.
Tetapi semua itu berubah sesudah saya membeli motor. Jalan kaki langsung terasa miskin. Naik sepeda lebih hina lagi. Ke mana-mana saya dan semua anggota keluarga maunya naik motor. Dan sesudah tetangga memiliki motor yang lebih mahal harganya, kami kontan kecewa. Saya jual sepetak sawah saya dan membeli mobil. Sesudah naik mobil, naik motor jadi kelihatan tidak bergengsi. Tapi selanjutnya, waktu tetangga lain punya mobil yang lebih baru dan lebih mahal, kembali saya ingin menujual sawah saya lagi untuk membeli mobil yang lain. Hitung-hitung meskipun mobil jelek, kalau punya dua lebih baik dari tetangga saya yang hanya punya satu, mobil. Tapi akibanya apa? Sekolah anak saya terbengkalai sehingga putus di tengah jalan. Jadi angka itu sama sekali bukan segala-galanya.
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian
Sejak itulah saya menyadari bahwa kemajuan dan kesuksesan tidak boleh hanya diukur dengan angka. Ukuran yang paling tepat adalah rasa. Untuk saya pribadi, adalah rasa saya. Tapi untuk pemerintah yang mewakili seluruh rakyat, tidak boleh ukurannya hanya rasa pribadi, tapi rasa semua. Jadi kalau ada pembangunan yang hanya menyenangkan rasa satu dua orang, atau katakanlah satu juta orang, itu tetap salah, kalau berjuta-juta orang lainnya menjadi korban rasa. Pembangunan harus membangun semua!
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian.
Mudah-mudahan kebingungan saya dapat Bapak tangkap. Saya tidak tahu lagi siapa sebenarnya tempat bertanya, pemerintah atau diri saya sendiri. Kenapa Bapak jadi bertanya-tanya pada saya, padahal saya seharusnya yang lebih pantas bertanya kepada Bapak? Apakah parawisata tidak bertanggungjawab terhadap erosi budaya? Mengapa perasaan pemerintah dan perasaan diri satu orang seperti saya ini, sekarang sering bertentangan? Terus-terang, anak saya gagal sekolah, sebenarnya bukan semata-mata kurang biaya, tapi karena hidupnya dipengaruhi oleh turisme. Buat apa lagi ijazah kalau jadi pramu turis dan dagang asongan saja sudah bisa membuat kaya-raya, katanya.
KETAWA
Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan …….
TERKEJUT. MEMANDANG SEMUA ORANG DENGAN TELITI.
Maaf saya ..
MENGELUARKAN KERTAS YANG TERLIPAT DI DALAM SAKUNYA. MEMERIKSA. TERKEJUT.
Maaf.
MENGELUARKAN LAGI KERTAS YANG LAIN. MEMBACA DAN TERKEJUT. LALU MELIPAT KEMBALI KEDUA KERTAS ITU. LALU MEMANDANG KE SEMUA ORANG KEMBALI DENGAN PANDANGAN YANG BERBEDA. LALU BERBICARA DENGAN SUARA, SEMANGAT DAN GAYA TYANG SANGAT BERBEDA. MARAH DAN MENGANCAM.
Saudara, saudara sekalian, saya tegaskan kepada saudara-saudara untuk yang terakhir kalinya. Saya hanya bicara satu kali saja. Dan itu adalah perintah. Keputusan yang sudah diambil atas dasar peraturan. Didukunhg, dilindungi oleh negara dengan saksi hukum yang keras bagi siapa aja yang melanggar, atau pun menghalang-halangi atau mencoba-coba untuk membelokkan. Saya serukan kepada mereka yang masih membangkang dan termasuk yang memiliki pandangan lain dalam hati sekali pun. Tidak bisa! Tidak ada kompromi! Kami akan melakukan tindakan tegas dan tuntas tidak pandang-bulu, terhadap segala bentuk provokasi. Para provokator, pelaku teror adalah musuh negara, musuh masyarakat yang bertentangan dengan agama yang harus ditembak mati di tempat sebelum mengacaukan! Untuk itu kita semua harus bergerak serempak, bersatu padu, tidak boleh sedetik pun lengah, atau berbeda pendapat, karena perbedaan adalah kanal berbahaya yang akan membuat kita pecah-belah, lemah, gagal dan hancur berantakan, musnah. (MENGEPALKAN TANGAN DAN MENGGEBRAK) Kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlm ……. (TIDAK JADI)
TERTEGUN.
Maaf
MEROGOH LAGI SAKUNYA.MEMBACA. MEMBANDINGKAN. MEROGOH LAGI. MEMBANDING KAN. BINGUNG. MEROGOH LAGI. TERKEJUT. LALU TERTAWA
Maaf. Saya baru sadar, rupanya ini forum tuna rungu. Saya tidak perlu memberikan ……… kecuali dalam satu atau dua hal khusus yang memerlukan pengecualian
MENGUBAH SUARA, CARFA DAN ISI PEMBICARAAN. IA MULAI BERBICARA DENGAN GERAKAN-GERAKAN ISYARAT SAMBIL TERSENYUM, GEMBIRA, KEMUDIAN TERTAWA DAN SEBAGAINYA, BERUSAHA UNTUK MENGAJAK BERDIALOG, YANG NAMPAKNYA BEGITU KONYOL
SEMUA BERKEPLOK TANGAN SERU.
Jakarta 3-3-05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar